Morowali, Rakyatbersuara.com – Siang ini, GOR Azkila di Kecamatan Bahodopi akan menjadi saksi pertarungan unik. Bukan sekadar pertandingan semifinal tunggal putra usia dini Turnamen Azkila Cup IV 2025, melainkan panggung duel dua darah daging: kakak melawan adik.
Di satu sisi ada Muh Atha Hafizh Alfarezi, sang kakak, yang membawa pengalaman lebih di lapangan. Di sisi lain berdiri Muh Faith Alfarezi, adik yang tak ingin sekadar menjadi penggembira. Keduanya lahir dari rahim yang sama, tumbuh di rumah yang sama, berlatih di tempat yang sama—PB Morowali Badminton School (MBS)—namun hari ini mereka harus berdiri di sisi net yang berbeda.
Pertemuan mereka di semifinal menjadi buah dari kerja keras masing-masing. Atha lolos dengan permainan matang, sementara Faith mengejutkan banyak pihak dengan kecepatan dan keberaniannya. “Kami siap bersaing untuk menang. Segalanya akan ditentukan pada pertandingan nanti,” ujar Faith, yang masih duduk di bangku SDN 08 Bungku, dengan tatapan penuh semangat.
Pertarungan ini bukan hanya soal siapa yang menang atau kalah. Di balik raket dan shuttlecock, ada cerita panjang tentang keluarga yang hidup untuk bulutangkis. Ayah mereka, Muhammad Fuad Hafid, adalah atlet kebanggaan Morowali yang pernah berjaya di berbagai arena. Sementara sang kakek, Abd Hafid Mursalim, tak hanya pendiri MBS, tetapi juga tokoh bulutangkis Morowali yang turut membesarkan PBSI di daerah ini, sekaligus seorang tokoh pers.
Siang nanti, suara tepuk raket akan berpadu dengan sorak penonton. Mungkin di bangku penonton, ayah mereka akan tersenyum bangga melihat dua putranya bermain, meski hatinya pasti berat memilih siapa yang layak menang. Sementara sang kakek, yang telah mengajarkan dasar-dasar bulutangkis sejak mereka kecil, mungkin hanya berharap satu hal: keduanya bermain sepenuh hati.
Apapun hasilnya, Atha dan Faith telah membuktikan satu hal—bahwa darah juara tak mengenal batas usia, dan semangat sportivitas bisa lahir bahkan dari dalam satu keluarga.
Sumarlin