Sulawesi Tengah, Rakyatbersuara.com- Usai pelaksanaan materi hari pertama tentang menarasikan praktik bisnis berkelanjutan yang digelar oleh jurnalis wanita (JUWITA) bersama PT. Vale Tbk di Hotel Metro, Desa Bente, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali. Selanjutnya pihak PT. Vale Blok Bahodopi mengajak para peserta pelatihan jurnalistik untuk melihat dan mengenal areal reklamasi dan kawasan pertambangan PT. Vale Tbk di Kecamatan Bungku Timur. Selasa (22/07/2025)
Peserta Jurnalistik
Areal reklamasi ini sebelumya adalah lahan bekas tambang yang dilakukan sama perusahaan lain. “Kita datang disini kondisinya sudah berantakan dan tugasnya kita cukup lumayan berat pas rekonstruksi, operasi sampai pada ada tambangnya” kata Anwar Rosyid Environment Engineer Environment & Operational Permit HSER Project IGP Morowali.
Di areal reklamasi ini Anwar sambil memutar badan dan menggunakan tangannya untuk menunjukan areal sebelah bagian kiri dan bagian kanan bahwa kalau itu batas areal tambang reklamasi. Jadi untuk total leluasan yang ada disini sekitar 6, 2 Hektar kemudian untuk proses reklamasi itu sebetulnya sangat panjang sekali tahapanya, dari mulai awal seperti penataan lahan. Anwar Sambil mengakat tangannya dengan memperlihatkan areal belakang bahwa itu nanti rencana kita reklamasi juga dengan kondisinya seperti itu dan nanti kita rapikan sampai bisa layak dilakukan penanaman dengan secara aman
Lanjut Anwar, setelah penataan selesai kita lanjut dengan proses penaburan topsoil yang merupakan lapisan tanah yang paling atas sebelum dimulai penambangan. Setelah pohon- pohon ditebangi kita akan selamatkan dulu topsoilnya. Kemudian kita konservasi dan disimpan. Setelah ditebang seluruh topsoil diatas lahan yang sudah ditatap, kemudian baru dilakukan pembuatan lubang tanam yang dibantu sama alat berat dengan menggunakan Excavator jauh lebih cepat dari pada tenaga manusia. Setelah digali nanti tanaman- tanaman atau bibit yang telah disiapkan baru dimasukan sekaligus pupuk dan komposnya.
Anwar Rosyid Environment Engineer Environment & Operational Permit HSER Project IGP Morowali
Jadi proses reklamasi baru di fase penanaman awal. Nanti ada proses selanjutnya biasanya tanaman tidak akan langsung bertahan dengan kondisi disini dia ada yang beradaptasi baik dan ada yang mati. Dan yang mati ini kita akan tanam juga yang namanya penyulaman. Jadi tanaman yang sudah mati kita ganti dengan perawatan proses nya kurang lebih tujuh tahun kedepan. Setelah tujuh tahun kedepan sudah besar baru kita serahkan kembali ke pemerintah, jadi kalau sudah diserahkan ke pemerintah tentu lahan ini adalah lahan pemerintah atau negara. Sambung Anwar, Kriteria pohon itu kalau menurut pemerintah biasanya lebih dari 10 centimeter yang suda dianggap sebagai pohon.
Saat dilayangkan pertanyaan oleh salah satu peserta kepada Anwar terkait jumlah jenis pohon. Dan Anwar membeberkan kalau jenis pohon ada berbagai macam yang kita sesuaikan ronal awal disini. “Kita tidak bisa melakukan penanaman sembarangan disini, misalkan endemik dan lokal atau kayu putih pasti kita tanam,”timpal Anwar menerangkan.
Lokasi Reklamasi PT. Vale Tbk blok bahodopi
Terkait soal flora dan fauna, kita ada studi ronal awal sebelum dilakukan penambangan, jadi disini ada beberapa spot kebanyakan di areal kawasan hutan. Sementara yang ada disini areal penggunaan lain (APL). Jadi flora dan fauna itu lebih banyak dikawasan hutanya blok dua, untuk penanganannya kita harus melakukan studi lebih detail. Misalkan hewan khas yang ada disini Anoa. Berdasarkan studi yang kita lakukan hanya mengikuti jejaknya, kita tidak kuat mengkonfirmasi bahwa ada Anoa di kawasan PT. Vale. Oleh sebab itu kita lakukan studi lebih lanjut sampai benar-benar ketemu. “Kalau benar ada sesuai arahan pemerintah kita disuruh untuk konservasi untuk menyelamatkan. Kemudian dibuat lokasi khusus seperti kawasan konservasi disitu tidak boleh menambang semua hewan dimasukan kesana dan sejauh ini belum ada yang ketemu,” jawab Anwar pertanyaan tentang fauna singkat.
Sambung Anwar tentang reklamasi berhasil banyak ada standar prosedur yang harus dilakukan kita konservasi dan topsoil. Kalau topsoil tidak ada, kita nanam pakai apa? Karena tanamannya itu tidak bisa tumbuh kalau tidak segar kemudian kita harus atur watermark manajemennya pengelolaan airnya, karena ketika kita melakukan pengelolaan airnya itu kurang bagus atau hujan deras bisa tanamannya terderus karena tanamannya masih kecil tidak kuat menahan air dan biasanya kita buatkan drainase kecil di areal tengah-tengah penataan lahan. Kemudian proses pemeliharaan dengan jangka waktu tiga tahun.
Kemudian Anwar memaparkan areal disposal, dan di areal disposal itu juga tidak sembarangan asal buat begitu ada yang namanya manajemen disposal. Ia menyebutkan di disposal itu harus dilapisi tanggul di areal terluarnya untuk mencegah adanya longsor, Karena air dari di disposal ini kebanyakan kandungan logam yang berbahaya dan itu kita alirkan ke sedimen pon atau ke kolam penyendapan. Sambil Anwar memperlihatkan kawasan itu? Menjelaskan luasannya lumayan besar.
Kalau luasan disini sekitar 10 hektar untuk kolam pengendepannya. “Untuk lokasi sedimen pon sekarang kita punya ada empat SP 4, SP 5, SP 6 dan SP 9, serta satu areal port, dan port untuk penambangan satu tahun kedepan. Jadi kalau kita geser areal penambangan jauh lebih luas lagi, otomatis kita harus tambah. Dan sedimen pon itu pada umumnya berada dititik rendah yang ada di areal pertambangan,”tuturnya.
Tambahnya, kedepannya berencana ada pengolahan logam berat. Biasanya logam berat yang didominan yang sering muncul di areal pertambangan adalah promium dan estavalen yang beracun dan sangat berbahaya pada manusia jika terpapar.
Penulis: Sumarlin