Faisal
Morowali, Rakyatbersuara.com— Pertanian organik di Desa Ululere, Kecamatan Bungku Timur, Sulawesi Tengah, berkembang pesat dan membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakatnya. Lewat sistem bertani tanpa bahan kimia sintetis, para petani tidak hanya melestarikan lingkungan, tapi juga meraih keuntungan ekonomi yang signifikan.
Ketua Kelompok Tani Organik Ululere, Faisal, menyebut penggunaan pupuk kompos dan pestisida alami mampu menjaga kesuburan tanah sekaligus mengurangi pencemaran ekosistem sekitar, Selasa(22/07/2025)
“Kami tidak hanya menanam untuk mendapatkan hasil, tapi juga menjaga bumi agar tetap lestari untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Kesadaran konsumen terhadap pentingnya makanan sehat juga ikut mendorong naiknya nilai jual produk organik. Produk-produk petani Ululere kini diminati pasar lokal hingga nasional, dan dipasarkan dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan produk konvensional.
Didukung Program Pemberdayaan
Kesuksesan ini turut didorong oleh PT Vale Indonesia melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah metode System of Rice Intensification (SRI), yaitu teknik tanam satu benih padi per lubang.
“Awalnya kami ragu, masak satu benih bisa mengalahkan yang lima sampai sepuluh. Tapi setelah panen pertama, hasilnya justru lebih banyak dan biaya produksi jauh lebih hemat,” kata Rudi, salah satu petani penerima manfaat.
Sebelah Kanan : Rudi
Metode ini juga mendorong pemanfaatan bahan lokal seperti Mikroorganisme Lokal (MOL) dan limbah organik untuk membuat pupuk dan pestisida sendiri, sehingga petani tidak lagi bergantung pada produk kimia buatan pabrik.
Pendapatan Meningkat Drastis
Hasilnya nyata. Dengan lahan seluas 50 are, Rudi bisa menghasilkan sekitar Rp25 juta setiap kali panen, atau sekitar Rp8 juta per bulan. Sementara Faisal, meskipun memiliki lahan lebih sempit, tetap bisa membiayai kuliah dua anaknya dari hasil panen padi organik.
Secara produktivitas, sawah organik di Ululere menghasilkan hingga 6–7 ton gabah per hektare per musim tanam. Angka ini hampir dua kali lipat dari pertanian konvensional yang hanya 3–4 ton. Dengan harga jual beras organik Rp25.000/kg, hasil satu hektare bisa mencapai Rp50 juta setiap tiga bulan.
Sudah Bersertifikat Organik
Kini, lahan sawah organik di Desa Ululere telah mencapai 6–7 hektare, dari yang awalnya kurang dari 1 hektare. Seluruh lahan tersebut sudah mengantongi sertifikat resmi dari Lembaga Sertifikasi Organik (INOFICE), yang memperkuat daya saing produk di pasar nasional.
Penutup
Pertanian organik yang dijalankan warga Ululere membuktikan bahwa ramah lingkungan bukan berarti merugi. Justru dari tanah yang diperlakukan dengan bijak, tumbuh harapan baru bagi alam, dan bagi petani itu sendiri.
Penulis : Sumarlin