Example 728x250
Opini  

Perjuangan Masih Panjang

Opini

 

“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah”.

Terang Soe Hok Gie dalam kumpulan catatan hariannya yang dibukukan dengan judul “Catatan Seorang Demonstran”. Sebuah diari yang tiap kalimatnya begitu kritis, namun penuh rintihan masyarakat di saat rezim Orde Lama berkuasa.

Keberanian yang dimilIki Soe Hok Gie memang tak dimiliki oleh setiap orang, apalagi setelah puluhan tahun berlalu, yang mana kawan dan lawan sudah tidak diketahui sekat pembatasnya. Jalan memang bukan tempat yang menyenangkan untuk bermain-main, jalan terkadang lebih ganas dari ombak di Samudra Selatan dan lebih dingin dari medan pertempuran Stalingrad yang menewaskan jutaan orang. Tetapi itu semua akhirnya menjadi kawan bagi seseorang yang hidupnya dipenuhi keberanian.

Amrin atau akrab kami sapa dengan Uye, salah seorang aktivis yang telah bertahun-tahun bersahabat dengan jalan, menghabiskan masa kuliahnya dengan perlawanan pada rezim yang berkuasa, menghadapi persoalan yang tak lagi bisa dimengerti dan ditawar, akhirnya bisa lepas dari gonjang-ganjing urusan akademik. Tepat pada peringatan Pembukaan Pertempuran Iwo Jima, 19 Februari 2025, ia akhirnya mengenakan toga.

Ia sadar bahwa selain di jalan, ada urusan akademik yang perlu dituntaskan. Walaupun durasi waktu yang Uye butuhkan untuk lulus cukup lama, tapi itu bagian dari risiko atas perjuangan yang telah banyak ia lakukan. Tetapi, ia sebenarnya telah melampaui tugasnya sebagai mahasiswa lewat kemampuannya dalam berdialektika dan retorika.

Toga yang dianggap sebagai simbol kelulusan terkadang membuat seseorang yang telah usai dari kampus menjadi pragmatis, mereka kemudian dengan mencari segala kemungkinan untuk bisa tampil dalam jenjang strata sosial lebih tinggi, tanpa mengindahkan nilai-nilai idealisme yang terbangun sebelumnya di universitas. Atau paling ayal, mengindahkan perjuangan yang telah dibangun, dan menempatkan diri pada posisi yang tak berpihak lagi pada masyarakat.

Namun tak seperti yang disebutkan, Uye telah bersepakat untuk tetap berada di jalan, menyuarakan suara yang tak terdengar, dan duduk bersama rakyat yang tertindas. Ia tetap memilih panggilan intelektualnya sebagai manusia, walaupun tak lagi menyandang gelar sebagai mahasiswa. Seperti kata Max Havelaar dalam bukunya “Multatuli”, bahwa tugas seorang manusia adalah menjadi manusia, dan ia ingin memenuhi panggilan itu.

Walaupun sedikit terkesan diromantisasi, tapi nyatanya perlawanan-perlawanan yang telah ia lakukan masih bergema, terutama di tanah ia dilahirkan, Morowali. Medan pertempuran yang belum usai, dan mungkin sedikit lagi ia akan menangkan, walau tanpa mengenakan toga.

(Opini Amrin selaku Ketua GRD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250 Example 728x250