Example 728x250

Tahun Baru, Masalah Lama: Warga Umbele Tuntut Ganti Rugi yang Layak untuk Tanah Jalan Bandara Maleo

Morowali, rakyatbersuara.com – Proyek pembangunan jalan akses menuju Bandara Maleo di Desa Umbele, Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah menghadapi kendala serius. Beberapa warga, masih enggan menyerahkan lahan mereka karena menganggap nilai ganti rugi yang ditawarkan pemerintah tidak sebanding dengan kerugian yang mereka alami.

Singkat Saja SN, salah satu pemilik lahan yang terdampak proyek di Desa Umbele memberikan keterangan kepada pihak media pada Senin, 6 Januari 2025, bahwa nominal ganti rugi yang ditawarkan tidak sesuai dengan harapan masyarakat. “Kami tidak menolak pembangunan jalan ini, karena kami tahu pentingnya akses ke bandara. Tapi ganti rugi yang mereka tawarkan tidak cukup untuk mengganti nilai tanah kami, apalagi kerugian jangka panjang yang akan kami rasakan,” Ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa tanah yang digunakan untuk proyek ini bukan sekadar lahan kosong. Sebaliknya, di atas tanah tersebut berdiri rumah-rumah yang menjadi tempat tinggal keluarga mereka selama bertahun-tahun. “Ini bukan hanya soal kehilangan tanah. Kami akan kehilangan rumah yang menjadi tempat tinggal kami selama ini. Kehilangan ini tidak bisa diukur hanya dengan uang,” tambah SN.

Selain itu, SN mempertanyakan bagaimana warga dapat membangun kembali kehidupan mereka setelah rumah mereka diambil. “Dengan ganti rugi yang sedikit, bagaimana kami bisa membeli tanah baru? Harga tanah sekarang sangat mahal, belum lagi biaya untuk membangun rumah. Harga bahan bangunan terus naik, dan biaya untuk membayar tukang juga tidak murah,” katanya.

Beberapa waktu lalu, Bupati sempat datang langsung ke Desa Umbele untuk memberikan penawaran terkait ganti rugi kepada warga terdampak. Namun, menurut SN, penawaran tersebut belum memenuhi harapan masyarakat dan belum mencapai kesepakatan hingga hari ini.

“Pak Bupati sudah datang dan bicara dengan kami. Beliau menawarkan solusi, tapi angka yang disampaikan masih belum cukup untuk mengganti kerugian kami, belum ada keputusan final,” jelas SN.

Persoalan ini semakin rumit karena hingga tahun berganti baru, belum ada titik terang. “Tahun sudah berganti, tapi masalah ini masih belum ada penyelesaiannya. Kami merasa sangat terganggu, tidak hanya oleh ganti rugi yang belum jelas, tetapi juga oleh bisingnya kendaraan proyek yang terus lalu lalang,” tutur SN

Menurutnya, kendaraan proyek yang membawa material dari PT. BTIIG sering kali mengganggu ketenangan warga. “Kendaraan berat lewat setiap hari, dan suara bisingnya mengganggu,” tambahnya.

“Kami sebagai masyarakat mendukung pembangunan bandara ini, karena kami tahu pentingnya untuk perkembangan wilayah. Tapi tolong pemerintah juga memikirkan nasib kami dan berikan kepastian dalam persoalan ini” tutup SN.

Hingga berita ini diturunkan, pihak pemerintah daerah belum memberikan tanggapan resmi terkait kelanjutan negosiasi ganti rugi. Masyarakat Desa Umbele berharap ada jalan keluar yang adil dan segera, agar proyek strategis ini dapat diselesaikan.(Wiwi/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250 Example 728x250