Ketua GRD KK- Morowali : Amrin
Morowali, Sulawesi Tengah — Gerakan Revolusi Demokratik Komite Kabupaten Morowali (GRD KK–Morowali) mengecam keputusan Bupati Morowali yang terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) pada Musyawarah Daerah (MUSDA) Sabtu, 22 November 2025. Keputusan tersebut dinilai tidak sensitif terhadap nilai-nilai kedaerahan Morowali.
Ketua GRD KK–Morowali, Amrin, menilai langkah Bupati berpotensi menciptakan ketidaknetralan kebijakan pemerintah daerah dan dianggap bertentangan dengan upaya memperkuat identitas lokal Morowali.
“Kami mengecam keras sikap Bupati Morowali. Keputusan ini dapat memengaruhi objektivitas pengambilan kebijakan ke depan. Sikap tersebut juga menunjukkan bahwa Bupati tidak memiliki niat serius untuk membesarkan identitas kedaerahan Morowali,” ujar Amrin.
Ia menegaskan bahwa Morowali adalah daerah yang menerima banyak pendatang, sehingga kepala daerah semestinya menjadi simbol pemersatu dan penjaga identitas lokal, bukan justru memimpin organisasi kedaerahan yang berasal dari luar Morowali.
“Tidak ada yang melarang terbentuknya organisasi atau perkumpulan apa pun di Morowali. Tetapi harus diingat bahwa daerah ini memiliki identitas budaya yang harus dihargai. Kepala daerah seharusnya berdiri sebagai penjaga nilai budaya tersebut,” tambahnya.
GRD KK–Morowali juga mengungkapkan bahwa mereka sebelumnya telah berdiskusi dengan Dewan Adat Tobungku dan meminta adanya tindak lanjut dari lembaga adat tersebut. Menurut Amrin, langkah ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap para pemangku adat dan sebagai upaya menjaga warisan budaya Morowali.
“Melihat polemik ini, kami menilai Bupati Morowali gagal memahami kedudukannya. Ini menunjukkan lemahnya integritas pemimpin kita saat ini,” tegasnya.
Di akhir pernyataannya, Amrin mendesak Dewan Adat agar mengambil langkah tegas serta meminta Bupati Morowali segera mundur dari jabatan Ketua KKSS. Ia menilai bahwa seorang kepala daerah tidak seharusnya mengotak-kotakkan kelembagaan masyarakat, melainkan mengayomi seluruh identitas budaya Morowali.
“Apa yang kami lakukan tidak memiliki kepentingan lain selain menjaga identitas kedaerahan. Sumber daya alam kita sudah dieksploitasi — jangan sampai identitas budaya kita ikut hilang,” tutup Amrin.
(Sumarlin)















